#Cerpen "Rona dan Bunga"
RONA DAN BUNGA
(Nur Aini Octavia - X MIA 6)
Bunga selalu indah membawa harum di pagi hari, seolah tak terlupakan oleh seorang gadis kecil bernama Rona, pagi nya selalu indah.. penuh dengan keceriaan, tawa, suka dan segala keindahan.
"hay Ayahh..", sapaan lembut seorang Rona
"iya Rona, Ayah menunggu mu sejak tadi". (mengelus kepala Rona yang tertutup jilbab)
"iya yah, maafkan aku membuat Ayah menunggu lama", jawab Rona.
"yasudah, tak apa. sekarang kita harus cepat jalan, let's go !!".
---○○○---
"kamu kenapa Rona?", tanya ayah cemas.
"aku tak apa, aku hanya rindu pergi kesekolah, dibawakan bekal oleh Bunda, aku merindukan bunda yaah dan aku juga ingin sekolah ".
"iya Rona, Ayah menunggu mu sejak tadi". (mengelus kepala Rona yang tertutup jilbab)
"iya yah, maafkan aku membuat Ayah menunggu lama", jawab Rona.
"yasudah, tak apa. sekarang kita harus cepat jalan, let's go !!".
Mereka pun berjalan ke suatu tempat dengan banyak taman yang di penuhi bunga-bunga yang amat sangat cantik dan indah. Mereka pergi ke tempat itu bukan hanya menikmati pemandangan alam saja tetapi lebih tepat nya mereka harus menyelesaikan misi, ya.. mempercantik halaman di taman agar semua orang tertarik melihat nya, sama seperti Rona yang tak pernah bosan melihat hasil karya Sang Pencipta.
Ayah Rona hanya bekerja sebagai pembersih taman yang cukup luas, namun hasil yang ia dapat tak banyak, hingga akhir nya Rona pun berhenti sekolah karena Ayah nya tak mampu lagi membiayai segala keperluan nya di sekolah, awal nya Rona merasa sedih.. ia masih ingin belajar, namun ayah nya berkata pada nya, "keinginan mu memang suatu kebaikan, belajar tidak hanya di sekolah, tapi kapan pun kamu mau berusaha dan berdoa, kamu dapat menemukan guru mu, ya.. guru yang memberi pelajaran berharga untuk mu".
Memang bukan suatu pemahaman yang panjang dan memakan waktu, tapi ucapan itu sangat menyentuh hati seorang gadis berumur 10 tahun, ya masih terlalu muda untuk mengerti, seorang anak yang mempunyai semangat untuk menuntut ilmu, kini harus belajar menerima kenyataan hidup yang begitu pahit untuk nya.
Tapi kepahitan tak berarti lagi, ketika iya menemukan berjuta warna yg penuh kecerahan, hati nya pun terbuka.. bagai bunga yang memekar, mungkin memang berjuta warna itu bukan milik nya, tapi pada kenyataan nya warna yang berjuta-juta itu telah sang pencipta gariskan untuk Rona, hingga dia bisa menikmati keindahan dari berjuta warna itu.
---○○○---
Suatu ketika Rona melihat teman sekolah nya yang lalu, teman nya itu ingin berangkat ke sekolah, Rona sedikit merasa iri, hanya sedikit saja. namun entah mengapa dia menjadi termenung dan menyendiri.
"aku tak apa, aku hanya rindu pergi kesekolah, dibawakan bekal oleh Bunda, aku merindukan bunda yaah dan aku juga ingin sekolah ".
air mata nya pun jatuh di pipi yang menggemaskan itu, ia pun memeluk erat Ayah nya, mungkin tak sanggup ia simpan semua kepedihan nya selama ini. Hati yang selama ini penuh warna keceriaan, kini pun menjadi gelap tak berarti.
Ternyata ia menyimpan luka dalam ceria nya..
menyimpan tawa dalam tangis nya..
menyimpan kepedihan di balik senyum nya..
dan ia pun menyimpan kerinduan dalam tegar nya..
dalam kuat nya.. dan kepolosan nya.
Hari itu Ayah pun tak bicara sepatah kata pun, ia membiarkan Rona melepaskan semua sesak yang selama ini ia pendam, Ayah nya pun hanya memeluk erat putri tercinta nya.
---○○○---
menyimpan kepedihan di balik senyum nya..
dan ia pun menyimpan kerinduan dalam tegar nya..
dalam kuat nya.. dan kepolosan nya.
Hari itu Ayah pun tak bicara sepatah kata pun, ia membiarkan Rona melepaskan semua sesak yang selama ini ia pendam, Ayah nya pun hanya memeluk erat putri tercinta nya.
---○○○---
Sama seperti bunga.. ada saat nya layu namun masih dapat tumbuh lagi pucuk bunga yang baru, kepedihan yang telah berlalu kini berganti lagi dengan wajah yang memancarkan keceriaan, begitulah semangat seorang Rona, saat semangat nya mulai padam, namun selalu tumbuh semangat baru di pagi hari, seolah pagi memberikan senyum nya untuk Rona.
"la..la..la..la.. hmm.. hmm.. (Rona pun bersenandung sambil memotong tanaman yang layu).
Tiba-tiba saat mereka sedang asyik mengerjakan tugas, ada seorang yang menghampiri Rona, Rona pun terkejut karena jarang sekali orang menhampiri nya saat sedang memotong tanaman yang layu.
"assalamu'alaikum nak, bolehkah Bapak bertanya sesuatu?",
sapa seorang lelaki separuh baya.
"wa'alaikum salam, iya boleh pak, mau bertanya apa?", jawab rona dengan sopan.
"kamu sedang apa di sini? seperti nya kamu sangat menyukai bunga-bunga di sini?".
"aku sedang membantu Ayah..
iya aku sangat suka, tapi aku tidak bisa memetik dan membawa nya pulang ke rumah, karena
jika aku membawa nya Ayah akan di marahi oleh pemilik taman ini", dengan polos nya Rona menyatakan keinginan nya.
"memang nya kamu tidak sekolah?".
"hmm.. aku sangat ingin sekolah dan belajar, tapi Ayah bilang aku bisa belajar dan menemukan guru ku dengan doa & usaha", jawab rona sedikit termenung.
"ohh.. yasudah tak apa :)
memang nya bunga ini untuk siapa jika kamu boleh memetik nya?", tanya Bapak itu lagi.
"aku mau memberi nya pada bunda, bunga ini sangat cantik sama seperti bunda ku", Rona pun menjawab sambil menunjukkan senyum nya.
(dalam hati lelaki separuh baya itu pun berbicara)
"subhanallah, gadis kecil ini begitu semangat membantu Ayah nya bekerja, seakan tak punya beban, sangat ikhlas menjalani apa yang allah beri saat ini, menikmati nya dengan bersyukur, tak sama dengan anak sebaya nya, yang kebanyakan ingin bermain.. tapi belajar menjadi keinginan nya dan hanya ingin memberi bunga kepada ibunda nya, sungguh suatu kepolosan yang menunjukkan kesederhanaan nya".
Tiba-tiba Ayah Rona pun menghampiri mereka, ia sangat terkejut melihat anak nya berbincang dengan seorang yang penting tentang taman ini.
"Ayaaahh.." panggil Rona sambil memeluk pinggang Ayah nya.
"iya nak, sebentar ya Ayah ingin bicara,
assalamu'alaikum pak, sejak kapan datang?" tanya ayah rona pada bapak itu.
"wa'alaikum salam, baru pagi ini.. ternyata saya lihat ada gadis kecil, apa yang ia lakukan di sini, ia putri mu?".
"iya, ini putri saya.. saya minta maaf karena tidak bicara tentang rona, awal nya ia hanya ikut saya bekerja namun dia memaksa untuk membantu, saya pun juga tak tega membiarkan nya sendiri di rumah tak melakukan apa-apa, bunda nya sudah 6 bulan lalu sakit parah, dan akhirnya meninggalkan kami berdua", jawab nya dengan raut wajah yang penuh kepedihan.
Bapak separuh baya itu adalah pemilik semua taman tempat mereka bekerja, ia pun hanya terdiam dan menatap wajah Rona yang masih sangat polos, untuk menerima kenyataan pahit ini. Ia sangat tersentuh dengan penjelasan yang Ayah Rona beri.
kamu mau tidak memetik bunga di sini bersama Bapak?".
"lho memang nya boleh pak?", dengan ragu iya pun menatap Ayah nya.
(Ayah nya pun hanya mengangguk tanda mengiyakan)
"horeeee.. iya aku mau sekali, itu bunga yang itu aku sangat ingin, apa boleh? dan yang di sana, apa juga boleh ku petik?".
"iya boleh Rona", jawab Bapak pemilik taman.
"iya boleh Rona", jawab Bapak pemilik taman.
"terimakasih banyak pak, yeeeyy.. aku bisa memberi nya pada Bunda, Ayah besok kita ke rumah Bunda ya".
(Ayah rona tersenyum begitu senang melihat keceriaan rona sekarang bertambah, 10 kali lipat dari sebelum nya)
---○○○---
(Ayah rona tersenyum begitu senang melihat keceriaan rona sekarang bertambah, 10 kali lipat dari sebelum nya)
---○○○---
Saat Rona sedang asik memetik bunga, pemilik taman itu berbicara pada Ayah Rona.
"saya begitu tersentuh, dari gadis kecil itu saya mendapat pelajaran berharga, bahwa kesederhanaan menjadikan semua terlihat indah, putri mu menjadi guru saya hari ini, jika boleh saya sangat ingin membiayai sekolah nya", dengan penuh harap agar Ayah Rona mau.
"wah terimakasih banyak pak, saya tidak ingin merepotkan siapapun".
"tidak, justru saya senang membantu, jika kamu menolak apa kamu tidak ingin mewujudkan keinginan nya?".
(keinginan Rona sangat penting bagi ayah Rona)
"baiklah pak, terimaksih banyak.. saya tidak tahu cara membalas jasa Bapak, sekali lagi terimakasih pak".
"iya, jaga terus didikan mu yang baik itu".
Akhir nya pun Rona bisa bersekolah kembali, dan kapan pun Rona mau bunga untuk sang unda, Bapak pemilik taman itu selalu memberi.. Rona pun bahagia dengan hidup nya yang dengan penuh kesederhanaan itu, karena kesederhanaan bagi Rona dan Ayah nya adalah suatu keindahan yang sangat berharga.
05.31
|
Label:
Cerpen KKP
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Mengenai Kami
O.W.L
Selamat Datang di Perpustakaanku -OWL
0 komentar:
Posting Komentar