#Cerpen "Merpati Putih"


MERPATI PUTIH

(Lina Fadhila - XI IIS 1)

Ini adalah hari pertamaku duduk dibangku SMA kelas 1. Sebelum aku lulus SMP, aku selalu berfikir bahwa masa-masa SMA adalah msa yang sagat menyenangkan. Namun, semua itu hanyalah cerita belaka yang hanya dapat saya dengar dari pengalaman orang lain tanpa aku sempat merasakannya. 

Aku tidak lagi dapat merasakan indahnya dan cerianya masa-masa remaja, aku bahkan tidak dapat melanjutkan sekolahku, aku juga tidak dapat meraih cita-cita yang telahku bangun sejak aku kecil. Kini aku hanya memiliki kehidupan yang antah barantah, aku tak punya pekerjaan yang layak. Bahkan aku malu dengan pekerjaan yang aku lakukan saat ini, semua ini berawal dari seorang teman yang aku temui melalui jejaring sosial. 

Wanita berhati busuk itulah yang telah menjebakku dalam pekerjaan hina ini, aku bukanlah wanita suci sesuci wanita lainnya, kini aku adalah wanita yang telah ternodai oleh noda yang amat sangat memalukan. Terkadang ingin sekali rasanya memutar ulang waktu dimana aku masih seorang gadis yang polos dan masih dalam keadaan suci, andai aku tidak mudah percaya pada wanita busuk itu dan andai aku tidak mudah tergiur oleh tawaran pekerjaan dengan isu gaji yang besar, mungkin saat ini aku masih duduk dibangku SMA kelas XI. Dan aku mungkin masih memiliki masa depan yang cerah, serta aku dapat meraih cita-cita yang telahku bangun sejak aku masih kecil. 

Kini aku tak punya penghidupan yang damai, hati kecil ku selalu berkata bahwa aku harus keluar dari pekerjaan hina ini, namun rasa takut dan khawatirlah yang selalu menghalangiku untuk keluar dari dunia hitam ini. Setiap aku melihat gadis-gadis yang masih menggunakan seragam SMA dan tertawa bersama teman sebayanya membuat aku iri kepada setiap gadis yang bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Aku juga iri kepada gadis-gadis yang masih suci dan gadis yang dapat meraih cita-citanya. 

Namun, rasa iriku tidak akan pernah dapat mengembalikan kesucianku sedia kala, harga diriku telah hilang dan direbut oleh ribuan lelaki hidung belang. Aku tak dapat memiliki kesempatan untuk merasakan indahnya masa SMA dan belajar dibangku SMA hingga lulus. Pendidikanku putus ditengah jalan. Bahkan aku malu dengan saudara-saudaraku yang saat ini masih dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.

Aku iri…. Iri…. Dan amat sangat iri…. Namun, rasa iriku tidak akan pernah bisa mengembalikan waktu dan tidak akan pernah bisa mengembalikan kesucianku sedia kala.

Aku hanya bisa meratapi nasib dan tidak dapat berbuat apa-apa, aku lelah dengan kehidupanku saat ini. Aku lelah dengan semua ini. Tuhan, betapa beratnya cobaan yang engkau berikan padaku? Mengapa engkau berikan cobaan yang begitu berat padaku? Mengapa Tuhan? Mengapa?

Saat pembagian ijazah..

“yeeeyy…. Aku lulus…”

“wah selamat yah Azizah,kamu lulus dan nilaimu juga bagus. Aku jadi iri dengan prestasi yang engkau raih”

“aahh bukan apa-apa kok, ilmuku masih belum seberapa disbanding denganmu” 

Jawab azizah sambil tersenyum ceria kepada sahabatnya Naila.

“yasudah aku pulang duluan ya, aku ingin memberitahukan tentang berita ini kepada orang tuaku”

Pamit Naila sambil menunjuk ijazahnya dihadapan Azizah.

“yasudah, kamu hati-hati di jalan ya Nai”

“iya Zah, bye..”

“bye…”

Saat Azizah ingin pulang kerumahnya ia teringat sebuah berita yang ia dengar dari tetangganya bahwa biaya masuk SMA lebih mahal dari pada biaya masuk SMP, namu Azizah tepis berita tersebut dengan tetap optimis dan selalu berusaha. Saat di jalan Azizah bertemu seorang wanita yang sedang menggendong seorang bayi, ia melihat wajah wanita itu terlihat panic dan ketakutan, lalu Azizah memberanikan diri untuk menghampiri wanita tersebut.

“Permisi bu.. anu..hhmm..itu ibu kenapa terlihat panik?”

Tanya Azizah yang gugup untuk bertanya.

“Ini nak, anak ibu sakit tapi ibu gak punya uang untuk pergi ke dokter, ibu bingung pengobatan jaman sekarang mahal sekali nak. Ibu gak punya biaya buat pengobatan anak ibu ke doketer”

Seketika Azizah tertegun mendengar cerita dari wanita itu, ia merasa iba namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain memanjatkan doa untuk kesembuhan anak dari wanita itu.

“Maaf ibu, memangnya ayah dari anak ibu kemana?kok gak ada?”

“ kami bercerai nak 2 hari setelah melahirkan”

Azizah semakin merasa tidak enak hati dengan ibu beranak satu itu, dengan hati yang keberatan Azizah memutuskan untuk diam dan pamit pulang.

“Maaf ibu jika pertanyaan saya lancang. Mohon maaf juga bu, saya harus pamit pulang karena sudah sore, saya khawatir orang tua saya mencari-cari saya”

“oh iya baik nak, kamu hati-hati dijalan ya nak”

“baik bu, terimakasih”

Dengan sigap Azizah segera pergi meninggalkan wanita tersebut di tengah keramaian kota.

Sambil berjalan, Azizah memikirkan seorang ibu yang baru saja ia temui dipinggir jalan. Ia merasa iba kepada kesulitan yang dialami oleh wanita itu, dengan melihat masalah tersebut Azizah semakin bertekad untuk menggapai cita-citanya. Namun saat ia bertekad untuk menggapai cita-citanya sebuah suara membisikkan ketelinganya dan berkata “mana mungkin kamu bisa menggapai cita-citamu, kamu saja bukan dari orang yang berada dan orang tuamu juga mana mungkin dapat membiayai uang sekolahmu hingga engkau kuliah, mungkin nasibmu dimasa depan sama persis yang di alami ibu tersebut”

Kalimat itulah yang selalu menghantui dirinya, kalimat itu juga yang membuat semangatnya selalu menurun.

***

Disuatu malam, Azizah sedang duduk santai di sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Sambil melihat indahnya rembulan ia mengingat wanita yang ia temui dua hari yang lalu, rasa ingin menggapai cita-citanya selalu ada dalam hatinya yang paling dalam. Saat itu sedang memikirkan nasib wanita itu, seketika kalimat itu kembali menghantuinya. Sambil menutup telinganya Azizah berteriak bahwa “itu semua hanyalah omong kosong, aku pasti dapat meraih cita-citaku”

Saat kalimat itu pergi dan tak terdengar lagi oleh kedua telinga Azizah, ia segera berlari kerumahnya untuk menemui ibunya. Saat ia sampai dirumah, ia mendapati ibunya sedang menjahit tas sekolah Azizah yang sudah penuh dengan jahitan tangan ibunya karena jebol. Dengan perasaan khawatir yang menghantuinya, Azizah memberanikan diri untuk duduk berhadapan dengan ibunya. Sang ibupun menghentikan kegiatan menjahitnya dan melemparkan senyum termanisnya kepada sang anak.

“Kamu kenapa nak? Kok sepertinya ada satu hal yang sedang kamu fikirkan?”

Hening….

Azizah bingung ingin memulai pertanyaannya darimaha, ia khawatir akan membuat ibunya semakin kebingungan.

Azizah adalah seorang gadis yang baru saja duduk di bangku SMA kelas 1, ia dilahirkan oleh sebuah keluarga yang serba kekurangan. Sering sekali kendala yang ia dapatkan saat ia ingin belajar, ingin rasanya meminta uang kepada orang tuanya untuk membeli buku baru atau peralatan sekolah yang baru. Namun niatnya ia kurungkan dalam hati dan bersabar menunggu waktu yang tepat untuk membicarakannya.

“Kamu kenapa diam toh nak? Ada apa?”

Tegur sang ibu yang memcahkan keheningan dimalam hari.

“Anu bu…hhmm.. eh…..hmm.. gak jadi deh bu, topic pembicaraannya gak terlalu penting kok bu. Aku hanya ingin melihat ibu menjahit “

“Oh… mau ngomong itu saja kok repot nak”

Azizah hanya tersenyum, namu hatinya berkata bahwa ia ingin mengatakan semua isi hatinya tentang apa yang selama ini selalu muncul dalam fikirannya dan ingin sekali meminta kepastian kepasa ibunya apakah ia masih bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Azizah berlalu meninggalkan ibunya yang masih asyik menjahit. Azizah duduk di kasrunya sambil memeluk kedua lututnya seraya berfikir bahwa ia ingin mencari penghasilan sendiri agar tidak selalu bergantung pada penghasilan kedua orang tuanya yang ia anggap masih dibawah standar penghidupan yang layak. Ia berfikir keras pekerjaan apa yang ia dapat lakukan dan pekerjaan apa yang mau menerima dirinya, serta pekerjaan yang tidak terlalu membebankan dirinya serta tidak terlalu menyita waktu untuk belajar dan bersekolah. Ia meraih handphone yang tergeletak di meja butut sebelah kasurnya, walau ia memilik handphone yang ketinggalan jaman namun handphone itu adalah handphone kesukaannya, karena selain awet handphone itu adalah pemberian sahabatnya semasa ia masih duduk di bangku SMP. 

Azizah mulai mencari lowongan pekerjaan yang mau menerima dirinya, berkali-kali ia cari namun tak satu lowongan pun yang persyaratannya tidak sesuai dengan keadaanya saat ini, lalu ia mulai mencari lowongan di Koran Koran bekas yang terkumpul banyak dirumahnya. Pekerjaan orang tua Azizah adalah pemulung,sehingga tidak heran bahwa banyak sekali barang bekas yang sudah tak terpakai lagi menggunung dirumahnya bahkan tak jarang sekali ia menemui buku yang masih layak digunakan dan barang-barang lainnya masih layak pula untuk digunakan.

Dengan telunjuk jari yang menunjuk huruf demi huruf yang tertulis dalam Koran tersebut dan dengan gerakan cepat membaca yang perncah ia pelajari disekolah, tak ada satu lowonganpun yang menerima tenaga kerja yang masih berumur 16 tahun tersebut. Betapa sedihnya ia bahwa ia tak dapat mendapatkan penghasilan sendiri. Lalu Azizah membantingkan diri di kasurnya, sambil berbaring ia memainkan handphone dan mencoba untuk membuka sosial media yang baru saja ia dapat yaitu facebook. Ia mulai menulis statud di akun facebook barunya.

“Mencari pekerjaan itu susah yah… apalagi buat anak yang berumur 16 tahun”

Tak lama dari pembuatan status tersebut, ia mendapati seorang wanita tua yang terlihat awet mudah mengomentari statusnya.

“kamu butuh pekerjaan dik?”

Dengan sigap Azizah segera mengetik balasan komentar tersebut.

“ia bu.. saya sangat butuh pekerjaan, apakah ibu tahu pekerjaan apa yang dapat lakukan ?dan pekerjaan apa yang mau menerima saya?”

Tak lama kemudian Azizah mendapat respon kembali dari ibu tersebut.

“ya tentu saya tahu pekerjaan apa yang dapat kamu lakukan dan pekerjaan apa yang mau menerima seorang gadis yang berumur 16 tahu”

Dengan perasaan girang dan kaget, Azizah segera bangkit dan duduk dikasurnya serta membalas dengan cepat komentar dari ibu tersebut.

“maaf, kalau saya boleh tau pekerjaan apa itu bu?”

Ternyata saat Azizah ingin membalas komentar tersebut, koneksi yang ia dapat sangat rendah sehingga membuat Azizah menunggu agak lama. Ternyata saat komentar tersebut baru dapat terkirim, ibu tersebut sedang off line. 

“Yah…. Ibu itu off line. Akukan lagi penasaran, gara-gara koneksi lamban nih”

Dengan wajah cemburut Azizah membaringkan kembali tubuhnya. Sambil menatapi handphonenya ia mencoba sekali lagi untuk membuka facebooknya kembali, dan saat itu juga ia sudah mendapat balasan komentar dari ibu tersebut serta pesan satu buah pesan yang tak terduga olehnya.

“kita lanjutkan obrolan melalui inbox ya nak”

Dengan sigap Azizah membalas komentar tersebut.

“baik bu.”

Lalu Azizah segera mengklik tulisan pesan yang tertera di layar handphonenya. Alangkah terkejutnya saat ia membaca pesan yang ia dapat. Ternyata pesan tersebut dari seorang ibu yang berkomentar pada statusnya tadi.

“hai nak, kamu katanya butuh pekerjaan ya? Kebetulan saya ada pekerjaan buat kamu nak dan kebetulan juga saya lagi nyari anak gadis berumur ya seusia kamu”

Tiba- tiba mata Azizah membersar dan melototi layar handphonenya dengan perasaan girang namun tak percaya juga. Dengan sigap Azizah mengetik dengan tangan yang gemetar.

“benarkah bu? Tapi pekerjaan apakah itu bu?”

Dengan perasaan yang girang, Azizah bangkit kembali dan berlompat-lompat dikasurnya. Ia lupa bahwa haris sudah tengah malam. Hingga kakak perempuan memarahinya karena teriak tak karuan.

“kamu kenapa sih dek, kok berisik banget. Kakak gak bisa konseterasi kalau kamu berteriak gak jelas seperti itu, kamu liatkan kakak sedang apa?”

“hehe… maaf kak, adek Cuma lagi girang aja kak”

“girang boleh saja tapi kamu harus bisa mengontrol emosi kamu dek, ini sudah tengah malam. Kalau bapak sama ibu kebangun karena suara teriakmu bagaimana?”

Sambil menundukan wajah, Azizah merasa menyesal karena sudah berteriak dan membuat konsenterasi kakaknya menjadi buyar oleh suaranya. Azizahpun duduk kembali dan melanjutkan obrolannya dengan wanita yang belum sama sekali Azizah ketahui asal usul wanita tersebut.

“kamu tinggal dimana nak? Kelas berapa dan sekolah dimana?”

“aku sekolah di SMA SEJAHTERA BERSAMA, aku duduk dibangku kelas 1, aku tinggal di jl.dahlia 2”

“wah kebetulan sekali ibu sering lewat jalan itu, bagaimana kalau minggu depan kita ketemuan?”

“minggu depan? Baiklah bu”

***

“kamu gila ya Zah? Kamu baru masuk SMA kok udah pengen kerja? Lagian pekerjaan apa yang mau menerima gadis yang berumur 16 tahun? Kalaupun ada pasti itu pekerjaan yang gak bener Zah. Mending kamu jangan mau diajak ketemuan apa lagi kamu gak tau asal usul ibu tersebut? Kalau terjadi sesuatu diluar keinginan kamu bagaimana?”

Tanya Riska dengan mata terbelalak karena shock mendengar berita dari teman sebangkunya.

“Ssssttt… kamu ngomongnya janga terlalu kencang, bisa-bisa orang tau. Percaya aja deh sama aku, gak bakalan ada apa-apa yang diluar keinginan aku kok. Aku pasti baik-baik aja.”

“kok santai dan enteng sekali kamu menjawabnya? Memangnya kamu tuhan yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya? Aku saranin jangan Zah jangan”

“tapi aku sangat butuh pekerjaan untuk biaya kuliahku nanti Ris”

“iya aku tahu itu Zah, tapi saat ini pekerjaan kamu itu Cuma belajar dan kalau masalah pendapatankan orang tua kamu yang ngurusin Zah”

Azizah hanya terdiam dan tak membalas perkataan teman sebangkunya, ia merasa jengkel dengan saran yang diberikan oleh kawan sebangkunya. Bahkan saran darinya pun tak satupun ia hiraukan.

Sepulang sekolah seperti biasa ia mengerjakan PRnya, saat ia mengerjakan PR hati kecil berkata bahwa ia tak usah datang menemui wanita tersebut. Namun ia tepis kata hati kecilnya dengan mengiming-imingi dirinya bahwa ia akan berpenghasilan hasil kerja kerasnya dan akan bisa meraih cita-citanya. Hati kecilnya selalu berkata hal yang sama hingga jatuh temponya perjanjian ia dengan wanita tersebut.

Sepulang sekolah,dengan perasaan yang girang dan ada rasa gugupnya ia menunggu wanita itu di sebuah kafe yang mewah, setelah lima belas menit menunggu wanita tersebut akhirnya wanita itu muncul dan menghampiri dirinya.

“hai kamu Azizahkan yang waktu di facebook bilang butuh pekerjaan?”

Dengan wajah memerah Azizah menjawab pertanyaan tersebut dengan suara yang gugup.

“i….i…..iya bu.. saya butuh pekerjaan bu”

Wanita itu melihat Azizah dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“kamu cantik, dan kamu memang cocok bekerja dipekerjaan ini, kamu saya terima sebagai karyawan saya” 

Azizah begitu terkejut denga penerimaan dirinya sebagain karyawan.

“(dengan mata berkaca-kaca) terimkasih ibu atas penerimaannya”

Gadis itu menjabat tangan wanita itu dengan rasa yang amat sangat girang.

“baiklah,tidak apa-apa. Apakah kamu sudah membawa pakaian sesuai perjanjian kita sebelumnya?”

“iya bu, saya bawa. Tapi untuk apa ya bu?”

Tanpa basa basi wanita itu segera menggandeng gadis itu dan membawanya kesuatu tempat yang jauh. Jauh dari tempat ia tinggal dan bahkan daerah yang sangat asing baginya. Azizah tak berani bertanya apapun selama diperjalanan hingga ia tertidur didalam sebuah mobil yang mewah dan bersuhu dingin yang menyejukkan tubuhnya. 

***

Alangkah terkejutnya saat Azizah terbangun dan mendapati dirinya sedang dalam keadaan tak berpakaian. Ia segera mencari tahu dimanakah ia saat ini dan hari sudah siang, saat ia sedang duduk sambil menutupi tubuhnya dengan selimut ia mendapati seorang pria tua yang sedang memakai jaznya dengan tergesa-gesa dan menciumi pipi kanan Azizah. 

“siapa kamu?!?! Dan dimana aku? Mengapa aku tak mengenakan pakaian? Apa yang telah terjadi denganku? Mengapa aku tak ingat apa-apa?” 

“kamu saat ini berada di hotel dan kita baru saja melakukan hal yang menyenangkan semalaman”

“maksud anda apa?”

Lelaki itu menunjuk kepalanya seraha berkata

“kamu fikirkan saja sendiri, aku sibuk dan aku ingin segera pergi. Selamat tinggal dan senang bisa bermalaman dengan anda” 

Saat lelaki itu pergi keluar dari kamar tersebut, Azizah berteriak sekenang kencang melampiaskan rasa kekecewaanya, dan segera menyerobot pakaiannya yang berserakan dilantai. Dengan gerakan yang cepat Azizah melangkahkan kakis seribu mencari wanita berhati busuk tersebut, dan saat ia berhasil menemukan wanita itu alangkah terkejutnya ia mendapati wanita itu sedang berbincang dengan seorang pria tua berhidung belang yang sedang memegang uang untuk diberikan kepada wanita tersebut. 

Saat pria tersebut pergi, Azizah memukuli wanita itu seraya berkata

“wanita berahati busuk kau?!? Kau jual harga diriku demi mendapatkan uang?!?!”

Wanita itu tak mau kalah, ia menyuruh pengawalnya untuk memegangi gadis itu

“kan kamu sendiri yang bilang bahwa kamu butuh pekerjaan, dan inilah pekerjaanmu. Dan kamu harus menerimanya karena hanya pekerjaan inilah yang dapat kamu lakukan saat ini” 

“bawa dia ke mobil dan kita kembali kemarkas”

Selama diperjalanan Azizah hanya bisa menangis, menangisi hal sudah menimpa pada dirinya. Betapa menyesalnya ia karena tidak menghiarukan saran dari teman sebangkunya. Kini Azizah tidak memiliki keberanian untuk kembali kerumah dan bersekolah seperti sebelumnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

O.W.L

O.W.L
Selamat Datang di Perpustakaanku -OWL

Twitter KPP !!

Pengikut