MARY PROSA: Hutan Philsup & Warisan Petuah #1

MARY PROSA:
Hutan Philsup & Warisan Petuah


2 tahun berlalu sebuah pernikahan yang sudah dinanti jauh-jauh hari antara seorang yang ditakdirkan dengan seorang yang dijodohkan, antara Mary Kindee dan Joseph F. Prosa. Banyak yang tidak tahu hubungan mereka saat ini, apakah harmonis atau tidak, apakah serasi atau tidak, apakah saling melengkapi atau tidak. Yang jelas banyak orang diluar sana yang membicarakan biduk rumah tangga antara mereka berdua. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan mengenai kehidupan rumah tangga Mary dan Joseph. Tapi setahuku Mary dan Joseph kini sudah memiliki buah hati dari pernikahan yang bisa dibilang bukan kehendak hati mereka sendiri, yang satu merasa ditakdirkan yang satu merasa dijodohkan. Mary Kindee. Sesosok wanita cantik dari sebuah keluarga religius yang mendiami sebuah desa kecil ditengah hutan bernama Philsup.

Philsup's Story

Kata philsup pertama kali muncul ketika sekumpulan suku Renkra dengan bahasa Areon menidami sebuah tempat yang dikenal sebagai Cincin kematian (Sebuah tempat yang jauh dari peradaban, diujung pantai yang berbatasan dengan hutan tandus dan tanah hampa). Philsup mempunyai arti sebagai Filosofi. Konon hutan yang terbentang luas ini tercipta dari sebibit pohon langka yang ditanam oleh filsuf-filsuf dari golongan Renkra. Semuanya berawal ketika para filsuf sangat miris akan keadaan daerah yang ditinggalinya. Tanah-tanah yang kering terpecah, Air tanah yang keruh, Udara gersang yang menembus kulit, sebuah kehidupan yang sangat menyayat hati. Keburukan yang ada justru bertambah ketika seorang pengrajin kayu menebang satu-satunya pohon harapan yang dijaga baik oleh para Filsuf. Sebuah pohon besar tempat berteduh para suku Renkra hilang tak berbekas. Pohon yang selalu mengayomi, melindungi, dan memanjakan badan ketika kucuran keringat menetes dari kerja keras yang dilakukan para warga sekitar demi kondisi tanah yang lebih baik.

Harapan yang tersisa yang telah ada bertahun-tahun lenyap seketika dalam waktu satu malam. Para warga dan Filsuf tidak tahu harus berbuat apa lagi. Pohon yang sudah mereka anggap sebagai Ibu-bapa mereka sendiri sudah tak tau kemana, hilang tak berbekas. Kebingungan kian menyelimuti mereka dari hari ke hari, bingung akan apa yang harus dilakukan ketika naungan mereka selama ini menjadi korban seorang yang tak bertanggung jawab.

---------
Dimensi waktu yang dialami para filsuf sepertinya kini berputar 180 derjajat, jika tanah yang dulunya kering kini menjadi sebuah hutan besar yang penuh akan air, udara yang segar, burung burung yang selalu bernyanyi menyambut pagi. Namun kini yang menjadi pertanyaan "Apa yang menyebabkan hutan philsup sekarang menjadi begitu mistis?"

Cukup banyak ensiklopedis yang memuat gambaran seperti apa suku Renkra, bagaimana mereka hidup, dan mengapa mereka mendiami sebuah tempat yang disebut sebagai Cincin Kematian. Namun tak ada satupun informasi yang termuat didalamnya mengenai asal-usul tumbuhnya berbagai pohon besar di tengah tandusnya tanah yang mereka pijak. Tapi ada satu kunci informasi didalam Kitab Renkra yang mungkin bisa dijadikan patokan untuk mengungkap kebenaran itu semua. Satu buah informasi di akhir kata penutup: “Apa yang kau inginkan adalah hasrat yang kuinginkan!”.

Sakit sekali telinga masyarakat setelah mendengar kata Philsup, hutan keramat yang tanahnya keras seperti kehidupan, akar akar pohon yang memanjang dan berbelit serta ribuan benalu yang menggantung diatasnya. Sangat riskan sekali jika hutan Philsup dimasuki seseorang, butuh ribuan nyawa yang tercabut untuk satu orang yang memasuki dan mencari tahu hal-hal misterius mengenai Philsup. Sebagai contoh, Mark Reck seorang ilmuwan dan peneliti dari Washington DC yang tertarik akan kehidupan biologis yang jarang terlihat di luaran sana. Namun sayang, niat baik yang ada tak berbanding lurus dengan beberapa fakta kejadian dilapangan. Pertama, rombongan Mark Reck yang berjumlah 20 orang terpencar dan terpisah sejauh puluhan kilometer secara misterius setelah berjalan 500 meter dari pintu masuk. Kedua, ditengah tersesatnya, Mark Reck menemukan potongan mayat temannya tepat menggantung di bawah sebuah pohon besar selang beberapa menit terpisah dari rombongan. Ketiga, hingga 1 tahun berlalu tidak ada yang tahu kabar pasti mengenai Mark Reck walaupun telah dilakukan operasi pencarian secara besar-besaran melalui udara. Entah apa yang terjadi padanya, yang jelas kini masyarakat sekitar hutan Philsup berusaha untuk tidak mengingat hal kelam itu, berharap peristiwa serupa tidak akan pernah terjadi lagi.

---------


Marry Kindee, Ibu Sang Penguasa Kedamaian

Keadaan 3 tahun lalu itu kini hampir lenyap dari permukaan terbukti dengan masyarakat sekitar yang mulai perlahan-lahan memasuki hutan philsup tanpa rasa takut, khawatir, was-was akan nyawa orang-orang yang melayang acap kali menginjakan kaki ke dalam hutan philsup. Tak ada lagi kabar menggemparkan mengenai hal-hal aneh yang sering terjadi seperti biasanya. Tak ada yang tahu bagaimana seluk beluk kemistisan di hutan lenyap dalam seketika.

Namun masyarakat sekitar mulai mencurigai seseorang yang baru saja tinggal didalam hutan tersebut. Seseorang yang rumah ilegalnya baru saja tergusur oleh program pemerintahan, dan memilih tinggal dihutan karena tidak mempunyai secuil harapan apapun bahkan untuk tinggal di pelosokan terkotor kota sekalipun.

Rasa penasaran Frogen Snouth sebagai kepala suku desa Philsup akan sosok seorang yang berani tinggal di dalam hutan Philsup membuat Frogen mengintrogasi keras Mary Kindee yang namanya belakangan ini diketahui sebagai sosok pemberani yang mendiami hutan philsup.

"Perkenalkan saya kepala desa Philsup. Anda Mary Kindee? Kini Anda telah menjadi bahan omongan warga sekitar setiap harinya. Boleh saya tahu siapa anda sesungguhnya?" tanya penasaran Snouth

Pertanyaan yang tergelincir keluar dibalasnya dengan heningan sesaat. Sosoknya yang misterius sama besarnya dengan kemisteriusan dan keanehan yang sering terjadi di tempat yang ia tinggali sekarang ini.

Perlahan Mary Kindee mulai menggerakan tangan kanannya, menaikkan-nya hingga persis membentuk lekukan leher angsa tepat diukur dari pertengahan lengannya. Tangan yang terangkat bak seorang penyihir yang siap dengan mantra sihirnya, membuat tubuh Snouth yang telah renta gemetar hebat untuk tetap berdiri dihadapannya. Dengan nada sedikit bergetar, Snouth berpamitan dengan Mary melalui sebuah alasan klasik para suami, menepati sebuah janji dengan istrinya. Padahal dibalik itu semua, jelas sekali Snouth tidak ada janji dengan istrinya, ia hanya khawatir akan keselamatan dirinya yang terancam setelah melihat secara langsung sosok Mary Kindee dan hanya ingin cepat cepat keluar dari rumah yang penuh kemisteriusan itu. Puluhan kemisteriusan yang ditemui Snouth saat mengunjung rumah Mary membuatnya tidak ingin menginjakan kaki di rumahnya. Keanehan yang dialami mulai dari Mary Kindee sang penghuni rumah, atap rumah yang tersusun dari dedaunan pohon kelapa yang telah mengering hingga banyaknya gantungan-gantungan berbentuk aneh serta hal-hal lainnya yang menambah kemistisan di setiap sudut teras rumahnya.

"Baru kutemui sekali dalam seumur hidup orang se-misterius itu" Gumam Snouth ditengah perjalanan pulang kerumahnya.

Sisa rasa ketakutan sepertinya masih menyelimuti dirinya, terlihat dari jalannya yang tidak teratur dan bibirnya yang biru membeku bergetar layaknya orang yang berjalan di tengah musim dingin. Semuanya pun kembali normal ketika ia keluar melewati pintu masuk hutan philsup. Disepanjang perjalanannya banyak warga yang menegurnya walau cuma beberapa salam dan selamat siang. Kerendahan hatinya dibalas dengan sapaan hormat kepadanya. Kebaikan dan kedermawanan hatinya itulah yang membuat Snouth terpilih kembali menjadi kepala desa hutan philsup, padahal bila dihitung-hitung hingga sekarang Snouth telah menjadi kepala desa selama 15 tahun. Entah apa yang membuat warga memilihnya kembali, tapi salah satu warga yang berpengaruh di desa philsup pernah menjawab pertanyaan itu.

"Aku mengajak warga untuk memilih Frogen Snouth kembali sebagai Kepala Desa secara terus menerus, karena Snouth adalah satu-satunya orang didesa ini yang memiliki darah Crystalium. Kami sangat membutuhkan hal itu"

Sepertinya karena itu, setiap warga yang bertemunya selalu mengucapkan salam hangat. Salam-salam yang selalu menghampirinya sepanjang perjalanan, hingga akhirnya berhenti setelah ia memasuki pintu pagar rumahnya. Salam hangat pun kembali menghampirinya ketika ia membuka pintu utama rumah, kali ini bukan dari warganya melainkan dari istrinya Sin Chroper dan anaknya yang kini beranjak dewasa Mary Prosa. Senyuman hangat istri dan anaknya pun terukir jelas di wajahnya bak mentari pagi yang baru terbangun dari singgasana mewahnya.

"Hallo Snouth, darimana saja? kita telah menunggumu untuk makan siang" kata pertama yang keluar dari Sin Chroper.

Lidah yang sedikit kaku, dan senyum yang terlihat dipaksakan membuat Sin menurunkan goresan senyum di bibirnya dan bertanya mengenai keadaan suaminya yang sekarang terlihat ketakutan.

"Ada apa dengamu Snouth?, kau terlihat berbeda"

Bingung akan pertanyaan istrinya sendiri, akhirnya Snouth mengalihkan pembicaran dengan mengajak keduanya untuk segera menyantap makan siang yang telah tertera rapih diatas meja. Namun lagi-lagi, muka penasaran Snouth kembali terpancar dari wajahnya yang terlihat bingung setelah menemui Mary Kindee di rumahnya, hutan philsup.

Dengan segera Sin menurunkan sendok logam persis dipinggiran piring keramik sehingga bunyi nyaring tak terelakan dan terdengar di seluruh sudut ruangan. Katakan padaku dengan jujur Snouth!. Rasa penasaran yang menjurus membuat Sin bertanya kedua kalinya kepda Frogen Snouth. Entah apa yang terpikir oleh lelaki tua itu, baru kali ini dia tidak menunjukkan sikap jujur di depan istrinya sendiri.

“Kubilang lupakan!” Dua kata yang keluar ditengah pergerakan mulutnya yang tengah mengolah makanan.

“ ……. Snouth, aku akan selalu ada di sampingmu”


Penjamuan yang sederhana ditutupnya dengan doa sebagai ucap syukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya pada hari itu. Piring-piring bersih bekas jamuan segera dibersihkan dengan tangan mulus Mary Prosa. Sementara Snouth segera pergi menuju ke ruang kerjanya, tak biasanya dia melakukan itu seusai penjamuan. Istrinya, Sin. Hanya memperhatikan setiap gerik Snouth dari belakang punggungnya. Kernyit dahinya timbul ditengah mulut cangkir yang menempel dibibirnya, apa yang dilihatnya kali ini berbeda. Sebuah urat yang menegang keluar dari leher belakang kepala Snouth persis ketika kakinya memandu dirinya ke sebuah ruang kerja yang tak jauh dari Ruang Penjamuan.

Baru saja Snouth mengambil pena-nya, sebuah ketukan terdengar dibalik pintu kerjanya. Dengan menghela napas, ia beranjak dari kursi kerja dan menghampiri sumber suara ketukan. Betapa tidak terkejutnya Snouth, sosok Sin yang baru saja bertemu dengannya di Ruang Penjamuan kini menghampiri dirinya di ruang kerja. Rupanya, Sin yang melihat keanehan pada Snouth mengikuti gerak langkahnya menuju ruang kerja.

“Snouth bisa kita bicara sekarang?”
“Maaf Sin, masih banyak kertas-kertas yang harus kutanda tangan
……..
“Hanya 5 menit, okay?”
“Baiklah Sin”
Keduanya mulai menempatkan bokong pada sebuah kursi empuk. Sikap bijaksana Sin tidak pernah hilang, terlihat dari cara duduknya yang tegap dan kedua buah tangan yang dipangkukan diatas pahanya.

“Snouth, apa kau lupa aku ini siapa?” tanya Sin
“Apa yang kau bicarakan Sin? Tentu saja kau Istriku”

“Bukan maksudku seperti itu, tapi, apa kau lupa darimana aku berasal?”

Snouth yang bingung dan mulai kehabisan kata, hanya bisa mengikuti setiap pertanyaan yang diajukan Sin

“Gunung Timur. Golongan Crystalium sama sepertiku” Terlihat sekali dari setiap kata yang dieja menunjukan Snouth tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya. “Sebenarnya apa yang ingin kau katakan Sin? Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk membahas hal-hal tidak penting seperti ini” tukas Snouth diikuti hembusan napas yang tak teratur.

“Snouth dengar, aku bisa melihat setiap pergerakan urat lehermu yang menegang. Bahkan ketika kau berusaha untuk menutupinya, aku masih bisa merasakan dari setiap perubahan garis wajah yang merubah rona-mu ……. Bisa kau katakan apa yang sebenarnya terjadi?”

Sepertinya kehangatan yang selalu menyelimuti keluarga Frogen Snouth, membuat Snouth lupa akan sosok Sin Chrpoer yang terkenal dengan kemampuannya dalam melihat berbagai kondisi manusia. Mulut yang awalnya terkunci, lidah yang tadinya bertulang kini berubah bak kibaran bendera di tanah lapang. Ia mulai menjelaskan secara urut kejadian yang dialaminya.

Sementara mereka berbincang, Mary Prosa terlihat sibuk memandangi tiap lekuk tubuh ayahnya dari ruang perapian. Prosa bisa merasakannya, sebuah aliran berbeda yang kini tengah melingkupi tubuh ayahny. Agresif. Menekan secara paksa pancaran miliknya. Prosa yang sedari tadi memicingkan matanya, membuat dirinya gemas untuk segera menghampiri mereka berdua yang tengah asyik bicara. Ternyata, pembicaraan usai sesaat Prosa menyapa Ibunya yang masih duduk di kursi. Ayahnya, baru saja menutup engsel pintu kerjanya dari dalam ruang kerja.

“Mom, boleh aku bertanya?”
“Ya, Prosa?”
………..
“Apakah Ayah baik-baik saja?”
“Tentu. Kenapa kau bertanya seperti itu Prosa?”

“Aku melihat sebuah cahaya agresif yang yang menekan aura tubuh Ayah.”
….
Sin terlihat kaget apa yang dikatakan putrinya.
“Prosa, katakan pada Ibu… Bagaimana kau bisa melihatnya?. 
.......
Prosa, berjanjilah pada Ibu… Jangan katakan hal itu pada Ayahmu!"


[BERSAMBUNG..........]

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

O.W.L

O.W.L
Selamat Datang di Perpustakaanku -OWL

Twitter KPP !!

Pengikut